Jumat, 14 September 2012

Mengajar Itu Belajar

Pesan dari seorang guru,
“Saya akan terus mengajar walau pun hanya ada seorang santri, jika tak ada seorang pun santri yang bisa saya ajari, maka saya akan mengajar dengan pena”.
Begitu kira-kira perkataan beliau yang mendedikasikan hidupnya untuk mengajar para santri. Beliau adalah KH Imam Zarkasy, salah satu pendiri pondok Darussalam Gontor.
Salah satu tokoh pendidik terkemuka saat ini, Anies Baswedan mengatakan,
“Mendidik adalah tanggungjawab moral setiap orang terdidik”.
Mengajar mungkin bagi sebagian orang adalah pekerjaan ‘profesional’ mereka. Dari mengajar mereka mandapatkan jasa yaitu gaji. Bagi sebagian yang lain mengajar adalah kewajiban. Yang dengan itu filosofi ‘guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa’ begitu membumi.
Mungkin begitu kiranya sebagian pandangan kebanyakan orang tentang mengajar. Namum ketika aku melihat lebih jauh lagi tentang mengajar, aku menemukan ia sebagai simpul kebutuhan.
Setelah sekian lama akhirnya aku sedikit mengerti, mengapa salah satu guru hebatku berkata -dalam sebuah pertemuan akbar di Kampung Damai-,
“Jangan pernah meninggalkan mengajar.”
Begitu kata-kata beliau yang membahana di ruang pertemuan itu, 7 tahun lalu. Kata-kata itu terukir baik di atas prasasti jiwa dan pikiranku hingga saat ini. Padahal bisa dikatakan, itu adalah pesan terakhir yang aku dengar, sebab setelah pertemuan itu dengan kebodohanku aku terhempas dari ‘samudera’.
Aku mengerti sekarang, ternyata belajar yang paling baik adalah dengan mengajar. Maka mengerti pula aku kalimat ‘sampaikanlah walaupun hanya satu ayat’. Da’wah (mengajar) bukan semata-mata untuk menyeru kebaikan kepada orang lain tapi pada dasarnya mengajar adalah mendidik diri sendiri untuk berbuat kebaikan.
Mengajar adalah simpul kebutuhan. Mari kita menengok sedikit ke belakang dengan sebuah pertanyaan “Berapa kali kita mencontek ketika kita belajar (ujian) dari SD, SMP, SMA sampai saat kita menjadi MAHASISWA?”. Aku yakin hanya sedikit dari kita yang mampu menjaga dirinya untuk tidak mencontek. Hal ini kecil terlihat, dan sering dianggap remeh oleh kita. Kita tidak sadar bahwa hal kecil itu menghalangi, bahkan melenyapkan berkah dari ilmu yang sedang kita pelajari. Maka tebuslah kesalahan itu dengan mengajarkan ilmu yang kita ketahui, lalu perhatikan apa yang akan terjadi.

0 Comments:

Post a Comment



By :
Free Blog Templates